Beberapa waktu lalu saya sempat membaca salah satu artikel di media online ternama di Indonesia, dan kalau tidak salah judulnya kurang lebih adalah "Penghasilan Pengemis di Jakarta Melebihi Manajer Kantoran" (sumber). Melihat artikel dengan judul seperti itu, terus terang saja mata saya terbelalak dan juga tertuju pada artikel tersebut agar dengan segera saya membacanya sampai selesai.
Setelah saya membaca artikel tersebut, saya langsung berdecak kagum kepada jiwa jiwa pengemis yang selalu tumbuh dan berkembang di negeri ini. Bayangkan saja, berdasarkan sumber dari media tersebut, mereka mendapatkan informasi bahka penghasilan harian pengemis di Jakarta adalah antara 500 ribu -1 juta setiap harinya (keren bukan main).
Dengan penghasilan harian tersebut, jika dikalkulasikan dalam setiap bulannya maka penghasilan mereka adalah antara 15-30 juta setiap bulannya. Dengan kalkulasi tersebut, tentu saja penghasilan seorang pengemis jauh di atas rata rata seorang manajer di daerah ibukota. Belum lagi bila dalam sekeluarga pengemis itu ada 3-4 orang yang berprofesi sebagai pengemis, tentu saja akan lebih wow lagi jumlah uang yang dihasilkan.
Bila hal di atas adalah tentang pengemis, hal yang berbeda justru ditunjukkan oleh beberapa pengamen yang masih berusia muda dalam memanfaatkan uang dari hasil mengamen. Berdasarkan salah satu iklan Dinas Sosial di salah satu stasiun TV jawa timur, mereka menyebutkan bahwa sebagian besar pendapatan pengamen di usia muda itu disalahgunakan. Bukannya untuk membiayai sekolah mereka, adik mereka atau membiayai kebutuhan orang tuanya, namun justru kebanyakan digunakan untuk menenggak minuman keras atau bahkan narkoba. Bahkan yang lebih konyol lagi adalah digunakan untuk membeli alkohol 70% dan dicampur dengan minuman penambah energi dalam bentuk sachet.
Dengan kedua fakta tersebut, terus terang saya mulai memikirkan bahwa apakah selama ini uang yang kita sedekahkan kepada mereka adalah sesuatu yang tepat. Jika kita terus memberikan kepada pengemis, maka mereka pun tidak ingin merubah hidupnya dengan lebih baik. Karena jiwa pengemis mereka akan selalu muncul dan tentu saja selamanya mereka tidak akan ingin menjadi berdikari. Karena mereka sudah terbiasa dengan hal hal yang sangat instan. Bahkan kalau kita tahu apa yang dinamakan Kampung Pengemis, anda semua pasti akan kaget karena rumah rumah di kampung itu kebanyakan bertingkat 2, berkeramik dan kadang dilengkapi kandang di bagian belakang rumah plus puluhan hewan ternaknya.
Hal yang serupa ketika kita memberikan uang untuk pengemis muda dan justru disalahgunakan oleh mereka. Dengan uang yang dihasilkan dari mengamen, mereka malah mabuk mabukan dan digunakan untuk beli narkoba. Bahkan kadang kadang mereka juga memanfaatkan uang tersebut dalam hal hal yang sangat erotis dan diluar nilai asusila. Hal ini tentu saja membuat kita yang nggak tahu uang yang kita sedekahkan mau dibuat apa, secara tidak langsung kita juga ikut berperan untuk menjerumuskan mereka ke lembah sesat yang lebih dalam.
Kedua hal tersebut adalah fakta yang memilukan. Belum lagi ketika uang hasil mengamen mereka dipalak oleh preman preman pasar atau terminal dan uang itu digunakan untuk perjudian. Kalau dipikir pikir malah akan berbuntut panjang dan juga akan lebih menjerumuskan sedekah kita pada hal hal yang kurang baik.
Oleh karena itu, marilah bersama sama kita memberikan sedekah kepada orang yang tepat. Yakni kepada tetangga dekat kita atau keluarga kita yang jelas jelas membutuhkan dan menggunakan uang/sedekahan kita dalam jalur yang baik. anak yatim dan fakir miskin di sekitar kita adalah yang harus lebih dulu kita utamakan. Karena sebagian dari harta kita adalah milik mereka dan harus diberikan kepada mereka.
Alasan memilih tetangga dekat atau keluarga dekat yang membutuhkan tidak lain adalah karena kita mengetahui secara langsung bagaimana mereka manfaatkan uang/sedekahan dari kita. Karena dengan hal itu kita bisa meminimalisir kemungkinan pemanfaatan uang sedekahan dalam jalur jalur yang negatif.
Disclaimer:
Catatan ini merupakan sebuah rasa pilu saya akibat penyalahgunaan niat baik seseorang kepada pengemis maupun pengamen muda yang dengan terang terangan memanfaatkan uang dari seseorang untuk hal hal yang negatif.
pernah baca tentang.ini dan ikut miris jg...skrg klo sedekah or infaq biasanya langsung mimi serahkan ke masjid mas.
ReplyDeletepa kbr sampeyan ?
Alhamdulillah sae mawon mbak :D
Deletekayaknya lama gak liat mimi muter2 dan keliling2 di jalanan blogosphere, hehe
memang lebih baik begitu mbak, lebih jelas siapa penerimanya dan lebih jelas penggunannya :D
biarpun penghasilannya besar tapi tetap tak pada tempatnya melibatkan anak anak untuk turun ke jalan. jalanan bukan tempat bermain yang aman dan nyaman buat anak anak kita...
ReplyDeleteKok maleh koyok kak seto sampeyan mas, hehehe :D
Deletekalau di madiun kota sudah ada peraturan, yg ngamen ama yg memberi uang semua dapat sangsi. Jadi tidak ada pengemis ato pengamen di lampu2 merah.
ReplyDeleteKalo keluarga kami milih sedekah ke anak yatim ato tetangga di daerah kami aja
memang lebih baik kepada orang yang sudah kita ketahui bahwa orang tersebut memang kurang mampu mbak
Deletetetangga dan keluarga besar kita yg kurang mampu, itulah yg harus didahulukan
cari orang yang kita tahu untuk diberikan sedekah ya atau sekalian ke masjid
ReplyDeleteiya mbak lid, itu sepertinya lebih relevan dan lebih enak untuk dilakukan :D
DeleteKalau di jalan ya kasih sedekah seperlunya saja.
ReplyDeleteSoal yang lain2 serahkan kepada Tuhan.
Sedekah dimulai kepada lingkaran-1 kita yaitu orangtua, kerabat,dll.
Jangan sampai nyahnyoh nyahnyoh kepada isteri ke 3,4,dll tapi oragtuanya sendiri nggak terurus.Bahkan minta uang 10 ribu saja dibentak-bentak, tapi milyaran atau ratusan juta ke cewek lain gampang.
Salam hangat dari Surabaya
Orang tua memang yg harus diutamakan pak dhe, tanpa beliau kita juga takkan bisa jadi apa apa :D
DeleteSetuju, saya juga nyaris tak pernah ngasih uang ke pengemis jalanan lagi. Di sekitar saya masih banyak yg lebih butuh: tukang angkut sampah, rumah tahfidz quran, masjid, anak yatim, dsb. Yang sudah diketahui kondisinya secara pasti saja.
ReplyDeletenah itu mbak, masih banyak di sekitar kita yang sudah pasti membutuhkan, jadi alangkah lebih baik diberikan kepada mereka :D
DeleteItulah fakta pengemis di negara kita. Pengemis bukan lagi karena keterpaksaan melainkan sebuah profesi. Dulu kan pernah di liput tentang kampung pengemis di stasiun tv nasional.
ReplyDeleteIya mas, saya juga melihat tayangan tersebut, dan alhamdulillah, bangunan rumah mereka lebih bagus dari rumah kita :D
DeleteKalau saya malah lebih suka membeli barang yang dijual orang lanjut usia meskipun nggak terlalu saya butuhkan.
ReplyDeleteOrang seperti itulah seharusnya kita utamakan. Mereka nggak mau meminta-minta.
Iya mas, meskipun sudah renta, mereka masih mau berusaha tanpa lelah
Deletesaya sering melihat penjual pisang, kelapa di sekitar jembatan di Jember mas
Gema Takbir Menyapa Semesta,
ReplyDeleteMembesarkan dan Mengagungkan Yang Maha Esa nan Maha Suci,
Bersihkan Hati Kembali Fitri di Hari Kemenangan,
Terkadang Mata Salah Melihat dan Mulut Salah Berucap,
Hati kadang salah menduga serta Sikap Khilaf dalam Berprilaku,
Bila Ada Salah Kata, Khilaf Perbuatan dan Sikap,
Bila Ada Salah Baca dan Salah Komentar,
Mohon Dimaafkan Lahir dan Batin,
Selamat Merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1434 H
Minal Aidin wal Faizin mas Hariyanto... Mohon maaf lahir dan batin
Delete