Cita cita. Semua orang pasti memiliki cita cita. Semua orang pasti akan berjuang dengan penuh semangat untuk menggapai cita cita tersebut. Dan pastinya membutuhkan pengorbanan yang banyak demi menggapai cita cita tersebut.
Namun, terkadang apa yang kita cita citakan justru harus tenggelam di tengah jalan karena berbagai alas an. Orang tua yang tidak setuju, kurang biaya, atau bahkan karena kita sudah malas untuk mengejar cita cita tersebut. Tapi banyak juga orang yang sudah menargetkan cita citanya sejak kecil namun meleset ketika sudah beranjak dewasa. Dan kebetulan hal tersebut juga terjadi kepada diri saya.
Saya terlahir sebagai anak seorang penjual temped an juga ibu rumah tangga di desa 24 tahun silam. Saatsaya masih berusia SD, cita cita saya sangat sederhana. Saya hanya ingin menjadi pengajar atau guru. Karena pada waktu itu saya melihat bahwa menjadi seorang guru adalah profesi yang sangat menyenangkan dan juga membanggakan.
Menjadi seorang pengajar atau guru pun saat itu sudah terpatri dalam pikiran saya. Oleh karena itu saya rajin belajar dan juga rajin membaca buku pada waktu itu. Dalam hati saya tidak terlalu berpikir nanti menjadi guru apa, matematika kah, IPA kah, ato guru sejarah. Yang penting saat itu saya ingin menjadi guru dan untuk mencapai cuita cita tersebut saya sering memborong buku buku bacaan untuk saya baca di rumah.
Saat SMP, hal yang sama juga saya rasakan. Cita cita saya tetap ingin menjadi guru. Namun kali ini saya sudah memiliki alas an yang lebih kuat dan lebih logis untuk menjadi guru. Alasan saya waktu itu adalah menjadi guru itu akan bahagia dan awet muda. Karena kita selalu bergaul dengan murid murid yang lebih muda dari kita, hehe. Selain itu, saya beranggapan menjadi guru merupakan profesi yang mulia karena selain mendidik ilmu pengetahuan kita juga bisa mendidik etika dan moral kepada murid kita.
Dengan semangat yang sama, saya tetap ingin menjadi pengajar. Bahkan ketika saya SMA pun saya tetap bercita cita menjadi seorang guru. Oleh karena itu saat SMA saya sangat bersemangat untuk sekolah dan menimba ilmu serta metode metode pengajaran untuk saya praktekkan di Ekstrakurikuler Pramuka. Melalui kegiatan kepramukaan saya menempa diri saya untuk terbiasa berbicara di depan kelas ketika memberi materi kepramukaan kepada adik adik tingkat. Kesempatan itu tidak saya sia siakan untuk belajar menjadi seorang guru.
Namun hal yang berbeda justru terjadi di akhir masa SMA saya. Saya yang saat itu bercita cita menjadi guru mengalami kebingungan dalam memilih jurusan untuk kuliah. Akhirnya saya memutuskan untuk berdiam diri dan merenung serta berdoa kepada Tuhan untuk diberikan penerang. Mana jurusan yang akan saya pilih kelak waktu saya kuliah. Saat itu ada beberapa jurusan yang menjadi favorit saya. Pertama adalah Ilmu Farmasi, kedua adalah Ilmu Kimia Murni, ketiga Teknik Elektronika, dan keempat adalah Pendidikan Kimia.
Setelah berhari hari mengalami kegalauan. Akhirnya saya mendapatkan titik terang. Berdasarkan pendapat dari beberapa orang guru saya serta saudara saya yang sudah berkuliah, saya direkomendasikan untuk memilih dunia farmasi sebagai langkah lanjutan saya. Karena di bidang farmasi masih dibutuhkan banyak lulusan farmasi yang berkompeten serta di bidang farmasi lapangan pekerjaannya cukup banyak. Bisa di bidang industri obat, di rumah sakit, apotek, industri makanan, industri bahan kimia, BPOM, dan juga PNS di Dinas Kesehatan Wilayah.
Dengan bekal semangat dan kepercayaan diri yang cukup. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Jember. Meskipun harus berbeda dengan cita cita saya, saya tetap semangat menjalaninya. Karena saya percaya bahwa manusia bisa berbuat apa saja tapi tetap Tuhan yang menentukan segalanya. Semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Agung.
Begitulah kisah cita cita saya. Meskipun berbeda dengan apa yang saya cita citakan. Saya tetap mencintai dunia farmasi. Namun dalam hati saya masih ada keinginan untuk menjadi seorang pengajar. Apabila ada kesempatan, nanti setelah Apoteker saya akan melanjutkan studi S2 untuk menjadi seorang dosen. Kalaupun tidak bisa saya akan mencoba membaktikan diri untuk menjadi staf pengajar di tingkat SMK Farmasi atau D3 Farmasi untuk memenuhi cita cita masa kecil saya.
Cita cita boleh berubah, namun semangat dalam hidup harus tetap membara
Diikutsertakan dalam Giveaway Tuppy, Buku dan Bipang di www.argalitha.blogspot.com
Cita-cita yang mulia... Pahlawan Tanpa Tanda Jasa...:)
ReplyDeleteMemang mbak, begitulah cita cita saya, namun belum kesampaian sampai sekarang :D
Deleteterima kasih mbak udah berkunjung di sini :D
Gue merinding baca quote yang di akhir
ReplyDeletekenapa kok merinding, kan kata katanya nggak serem :D
Deletemasa-masa sekolah kan masih labil dalam menentukan cita-cita. pas kuliah biasanya baru kerasa mau jadi apa.
ReplyDeleteiya memang mas, semua yang terjadi dalam diri saya memang seperti itu
Deleteternyata cita cita seperti jalan raya, bisa belok dan bisa bercabang cabang :D
Ada pernyataan menggelitik dari dedy corbuzier, kebanyakan anak kecil kalau ditanya ingin jadi apa. Pasti jawabnya menjadi orang-orang yang pernah mereka lihat atau dengar. Tapi kebanyakan nggak tercapai. Nah seharusnya pertanyaan yang dilontarkan adalah jika besar nanti, kamu tidak ingin jadi apa?
Deleteya sama seperti jodoh lah mas, orang yang kita benci, malah justru akan menjadi jodoh kita, hehehe :D
Deletesetuju, hidup mesti di jalani dengan semangat ... semoga sukses ngontesnya mas ...
ReplyDeleteterima kasih mas, sudah lama nggak bewe saya mas ke blog sampeyan :D
Deletemudah2an segera tercapai ya mas..
ReplyDeletesukses buat GAnya..
amin mbak, saya akan tetap berusaha untuk menggapai impian sederhana tersebut mbak :D
Delete:') terhanyut ...
ReplyDeletesuka ending-nya: Cita cita boleh berubah, namun semangat dalam hidup harus tetap membara
terima kasih, sudah terdaftar ^^
apanya mbak yang terhanyut?? hehe
Deletesemoga bisa memeriahkan GA njenengan mbak
saya juga ingin menjadi guru
ReplyDeletenamun orang tua saya ingin saya menjadi dokter
tolong berikan saya solusi
wah, repot kalau gitu
Deletekalau saya, mending ikut orang tua aja
karena restu orang tua itu akan lebih membawa berkah