Ramadhan memang merupakan bulan yang penuh dengan hikmah dan barokah. Bulan ini merupakan bulan yang paling baik bila dibandingkan dengan bulan bulan lainnya. Karena di bulan ini banyak terdapat kemulian, semua pintu kebaikan dibuka lebar lebar, dan semua pintu kemaksiatan ditutup dengan rapat.
Pada ramadhan kali ini, saya mendapati hal yang sangat berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Karena pada ramadhan kali ini saya memiliki status yang berbeda dari yang sebelumnya. Yang dimaksud status di sini bukan status lajang atau sudah menikah, melainkan status dari dulu saya yang menjadi pelajar/mahasiswa dan sekarang saya menjadi seorang karyawan swasta.
Namun di sini saya akan memberikan sedikit cerita mengenai ramadhan saya ketika saya masih SD dan juga mengenai ramadhan ketika saya sudah menapaki jenjang perkuliahan.
Ramadhan ketika masih Sekolah Dasar
Ketika saya masih SD, ada beberapa hal yang paling saya ingat tentang masa kecil saya tersebut. Saat masih kecil ada 2 hal yang tidak akan terlepas dari saya ketika bulan ramadhan, yaitu patrol dan juga bermain mercon (petasan). Kedua hal itu sangat melekat erat pada diri saya saat kecil.
Setiap jam setengah 3 dini hari bulan ramadhan, saya selalu bangun lebih awal, kemudian saya cuci muka, ambil sarung, ambil kentongan dan langsung melejit menuju masjid. Saat itu saya bermaksud melakukan patrol sahur, yaitu kegiatan anak remas (remaja masjid) dan remus (remaja musholla) membangunkan orang untuk sahur.
Patrol Sahur |
Setelah berkumpul di tempat biasa (masjid), kami langsung berkeliling kampung dengan memainkan alat musik kami. Alat musik kami cukup sederhana, ada yang membawa kentongan dari bambu, ada yang membawa bedug berukuran sedang, ada yang membawa botol kaca, bahkan ada yang nekat membawa 2 tutup panci sebagai pengganti simbal.
Lagu yang kami nyanyikan saat membangunkan orang sahur pun bermacam macam. Mulai dari lagu utama yang hanya memuat satu kata saja, yaitu kata sahur. Hingga akhirnya melenceng menjadi lagu sholawatan, dan kadang kalau lagi parah parahnya lagu yang kami nyanyikan untuk membangunkan orang sahur berubah menjadi lagu pop maupun lagu dangdut.
Maklum, namanya juga anak anak, berkreasi sedikit ya tidak masalah, yang penting tujuan utama membangunkan orang sahur tercapai. Meskipun mereka terbangun bukan karena suara merdu kami, melainkan karena suara kami yang serak serak hancur, hehe.
Setelah berkeliling kampung, kami seluruh personel patrol kembali ke rumah masing masing unuk sahur. Setelah sahur dan menunggu imsak, kami kembali berkumpul di musholla atau masjid untuk menunggu sholat subuh. Dan setelah sholat subuh, kegiatan kedua pun kami laksanakan, yaitu nyumet mercon alias menyalakan petasan di jalan jalan.
Pada waktu dulu ijin petasan tidak seketat saat ini. Dulu siapa saja boleh membeli potas (potassium) dan lirang (belerang) untuk membuat mercon. Tidak terkecuali saya dan kakak sepupu saya, setiap puasa kami selalu membuat mercon sendiri dengan membeli 2 bahan tersebut, sumbu mercon, dan juga kertas bekas untuk membuat mercon.
Jadi saat saya masih kecil, jalan jalan setiap pagi setelah subuh selalu ramai. Banyak orang yang berjalan kaki pada waktu pagi. Selain untuk berolahraga waktu itu juga dimanfaatkan oleh kami sekelompok anak muda untuk unjuk kebolehan dalam pembuatan mercon. Dan tentunya yang menjadi primadona adalah mercon yang berukuran paling besar dan juga mercon yang memberikan bunyi paling keras.
Gambar mercon |
Sebenarnya saya ingin memberikan foto untuk kisah saya tersebut. Tapi apa daya, karena dulu belum banyak hape berkamera seperti sekarang dan juga jarang yang memiliki twistel (kamera), jadinya ya kegiatan kegiatan tersebut hanya bisa dikenang dan diingat ingat saja dan dijadikan sebuah pengalaman untuk diceritakan kepada anak dan cucu kita nanti.
Demikianlah sedikit cuplikan Kisah Ramadhan - Patrol dan Mercon oleh Catatan si Boll. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Ooohh lagi GA ya mas :D
ReplyDeletesenangnya bernostalgia..
iya mbak, lagi ikutan GA
DeleteWah seru ya ikut bangunin sahur. Terima kasih partisipasinya :)
ReplyDeleteiya mbak sama sama
Deletememang seru mbak, daripada tiduran di rumah :D
jaman sudah berubah, om...
ReplyDeleteanak sekarang lebih suka nonton acara sahur ga jelas ketimbang keliling kampung. di mesjid saja yang ngaji kadang mp3player. sampe pernah taun lalu operatornya sambil ngantuk kali. awalnya orang ngaji, lama-lama ganti campursari...
ya emang gitu mas, namanya juga perubahan jaman
Deleteyg penting anak anak'e awak'e dewe ngko diajari seng apik mas