Sebelum saya menuliskan beberapa patah kata, saya ingin mengucapkan salam kepada Cak Oyong beserta jajaran penggagas kontes #Jember Istimewa. Kontes ini benar benar membuat saya kembali ke beberapa waktu yang lalu ketika saya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengenal Kabupaten Jember dalam rangka menimba ilmu di Universitas Jember. Sebuah kabupaten yang benar benar memberikan kesan yang berharga bagi diri saya.
Momentum Pertama Tiba di Jember
Pada pertengahan tahun 2008 saya pertama kali menginjakkan kaki di Jember. Lebih tepatnya menginjakkan kaki di sebuah stasiun yang bernama Stasiun Jember. Kesan pertama yang saya rasakan adalah rasa capek. Saya merasa capek banget karena harus naik kereta dari Jombang sampai Jember dengan waktu kurang lebih 7 jam.
Pada waktu itu saya datang ke Jember untuk mengikuti SNMPTN yang merupakan salah satu jalur masuk perguruan tinggi. Begitulah kesan pertama saya ketika sampai di Jember, suer saya tidak bohong, hehe.
Momentum Pertama Kali Melihat Pemandangan Jalan di Jember
Setelah tiba di stasiun, saya dijemput saudara saya yang kebetulan rumahnya ada di Jember. Seketika itu pula saya diajak pulang menuju rumahnya yang ada di wilayah Keranjingan, Sumbersari. Pastinya kalau mau kesana harus melewati alun alun Kabupaten Jember serta Gladak Kembar.
Terus terang saya tertegun melihat keindahan alun alun Kabupaten Jember yang pada waktu itu masih banyak pohon palem yang dihiasi lampu lampu yang bagus. Serta kemegahan masjid jami’ lama yang saat ini sudah berganti menjadi sekolah dasar islam terpadu. Jika dibandingkan dengan Jombang, Jember itu lebih rame,lebih bagus, dan pastinya lebih keren. Meskipun hanya sekilas, pemandangan itu membuat rasa capek saya di stasiun menjadi hilang dan berubah menjadi kagum.
Momentum Positif Apa yang Dirasakan Ketika Ada di Jember
Terus terang saja, semenjak saya ada di Jember. Saya merasa mengalami perubahan yang sangat drastis dalam hidup saya. Suatu perubahan yang dinamis namun masih mengarah pada perubahan yang progresif dan mengarah kepada hal hal yang baik.
Di Jember saya belajar banyak hal selain dengan adanya pelajaran akademis yang diajarkan di bangku kuliah. Di Jember saya berkesempatan mengikuti beberapa organisasi internal kampus serta organisasi eksternal kampus yang kegiatannya sangat bermanfaat dalam hidup saya.
Saya berkesempatan menjadi bagian dari salah satu Organisasi Pecinta Alam yang merupakan organisasi terkeren dengan segudang aktivitas positif serta memiliki hubungan interpersonal yang baik antar sesame anggota PA. Salah satu momen yang paling berharga dengan ikut PA adalah saya bisa mencoba bersumbangsih kepada masyarakat dan alam melalui kegiatan kegiatan reboisasi yang kami lakukan di Lereng Selatan Argopuro, Kecamatan Panti.
Selain itu, dengan mengikuti OPA, saya bisa mengenal banyak tempat wisata alami yang ada di Jember. Di bawah ini adalah beberapa tempat yang pernah saya kunjungi dan merupakan kebahagiaan tersendiri ketika saya berkesempatan menjadi bagian dari masyarakat Jember.
Pantai Bande Alit |
Air Terjun Tancak |
Pantai Papuma |
Pantai Papuma |
Selain menjadi bagian dari OPA, saya juga pernah menjadi bagian dari salah satu organisasi eksternal yang ada di Jember, yakni Komunitas Prapatan Jember. Salah satu komunitas yang bertempat di Perempatan Polres Jember pojok barat laut.
Di tempat itu saya belajar banyak mengenai suatu paham yang dinamakan “marhaenisme” dan bagaimana kita belajar mewujudkan aspek aspek yang ada di dalamnya untuk mengembangkan serta meningkatkan daya guna masyarakat.
Di tempat itu saya juga belajar menjadi seorang relawan untuk membantu sesama, baik dalam acara bagi bagi buku untuk SD dan SMP di daerah pinggiran Jember, upaya pendampingan buruh serta PKL yang ada di alun alun. Di sana saya juga mulai belajar bagaimana memandang kondisi sosial di masyarakat yang begitu kompleks, menganalisanya, dan tentu saja memberikan solusi atas masalh tersebut.
Apakah Anda Mengenal Salah Satu Mitos yang Ada di Jember
Hemm, ngomong ngomong soal mitos, ada salah satu mitos yang pernah saya dengar mengenai Kabupaten Jember. Lebih tepatnya mitos tentang Sungai Bedadung. Kalau tidak salah mitosnya kayak gini?
“Barang siapa yang pernah mandi di Sungai bedadung, nanti akan mendapat jodoh orang Jember”
Saya bener bener baru ngerti mitos itu ketika saya sudah terlanjur mandi di Sungai Bedadung ketika kondisi sungai sedang jernih saat musim kemarau. Dan yang memberitahu saya adalah cak Aseng, seorang aktivis organisasi yang alamatnya ada di Jalan Brantas.
Saya sebenarnya acuh tak acuh dengan hal tersebut, karena saya memang sudah memiliki seorang kekasih (baca :pacar) yang memang merupakan seorang warga Jember. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai sadar bahwa saya telah membuktikan bahwa mitos itu benar. Karena sampai saat ini saya masih saja tergelayut dengan salah seorang perempuan cantik dan rupawan yang merupakan warga Jember. Tapi, ini hanya masalah mitos, anda percaya silahkan, kalau tidak percaya juga gak apa apa, hehe.
Demikianlah sedikit coretan mengenai kisah saya. Terus terang saya masih kepingin cerita banyak hal mengenai Kabupaten Jember, yang memang cukup istimewa. Banyak memori memori indah yang ada di sana, termasuk ketika saya belajar mengenal dunia dan mengenal cinta.
Salam Sukses selalu untuk semua warga Jember. Selamat Ulang Tahun untuk Kabupaten Jember, semoga semakin jaya.
jember itu keren poko'e hehehe...sekali diajak ke pantai papuma,pingin lai,soalnya keren bangetttt
ReplyDeleteJudulnya saja sudah luar biasa ...
ReplyDeleteapalagi isinya ..
follow blog saya ya
http://infoejaman.blogspot.com/
:)
Hahahaha.... Aq belum mandi di bedadung wae wis kecantol wong Jember kok :p Sip,... Makasih sudah berpartisipasi di Proyek Ngeblog #Jemberistimewa
ReplyDelete