Tentang Etika Murid untuk Gurunya


Sebelum memulai postingan ini, saya mengucapkan selamat beraktivitas bagi Anda semua dan semoga hari ini akan menjadi hari yang bersejarah buat Anda. Berhubung ini hari Jum'at pasti sebagian dari Anda semua melakukan aktivitas berolahraga seperti jogging, bersepeda maupun melakukan senam pagi bersama ibu ibu PKK yang ada di sekitar kediaman Anda.

Pada hari ini kebetulan saya lagi nyantai dan bersih bersih rumput d depan rumah kontrakan saya. Ternyata ada banyak juga warga yang bersih bersih juga. Pada pagi tadi juga masih banyak anak kecil yang berkeliaran karena belum jamnya masuk sekolah. Gara gara dengar kata sekolah, saya jadi inget obrolan saya dengan beberapa teman saya tentang Bagaimana memperbaiki kualitas etka atau budi pekerti dari siswa siswi di sekolah (kebetulan teman saya itu guru SD).

Kalau berbicara mengenai etika dan budi pekerti, kita tentu saja sudah mengenalnya sejak kita mendapatkan pendidikan dasar pada waktu masih di SD atau MI. Bahkan setiap orang tua pun pasti tidak ketinggalan untuk mengenalkan etika dan budi pekerti yang luhur kepada anak anaknya.

Teman saya yang bekerja sebagai guru SD pun sekarang kaget ketika melihat banyak sekali perbedaan yang ada tentang etika sebagai seorang murid apabila dibandingkan dengan tempo dulu waktu saya masih SD atau masa yang lebih tua lagi, yaitu masa uncle Lozz masih SD atau bahkan lebih tua lagi yaitu masa Pak Dhe Cholik masih mencicipi SR (Sekolah Rakyat), hehehe

Berdasarkan obrolan kemarin, di sini saya akan menjelentrehkan (pasti gak tahu kan artinya, hehe) fakta fakta yang ada yang menurut saya dan teman teman saya sebagai suatu kemunduran dari nilai nilai etika dan budi pekerti.

Yang pertama kali kita perhatikan adalah tentang bagaimana cara seorang anak SD menyapa bapak ibu gurunya ketika bertemu di jalan atau di suatu tempat. Banyak dari anak SD itu menyapa gurunya dengan berteriak lantang dari pinggir jalan dengan suara keras dan kadang dengan bahasa yang lebih bernada dan menggoda. Bahkan kadang kadang ketika sedang menaiki sepeda motor bersama orang tua, anak SD tersebut tidak segan segan menyapa dengan suara yang keras seperti orang berteriak karena ada maling. 

Hal ini mungkin menurut Anda adalah sesuatu yang wajar, tetapi apabila kita melihat pada tempo dulu cara yang dibenarkan untuk menyapa bapak ibu guru ketika bertemu adalah dengan segera menjabat tangan alias ikum dan kemudian mengucapkan salam, baik itu salam secara agama Islam ataupun salam secara formal seperti kata selamat pagi pak.

Yang kedua adalah tentang bagaimana cara seorang murid itu menaiki sepeda bila ada bapak atau ibu guru yang ada di depannya. Kalau pada jaman sekarang, kalau ada seorang guru yang ada di depan ketika bersepeda. Kebanyakan pasti akan dengan segera akan membalap atau melewati guru tersebut. Bahkan kadang kadang juga tidak disertai sapaan kepada guru tersebut. Apabila kita melihat tempo dulu saat saya masih SD, disaat ada guru di depan saya, secara terus menerus saya tidak akan mau melewati guru tersebut karena rasa ketidakpantasan. Bahkan kalau saya tergesa gesa, saya akan mencari jalan alternatif lain yang penting saya tidak sampai melewati bapak ibu guru saya secara langsung.

Yang ketiga adalah tentang bagaimana kita manut kepada bapak ibu guru yang memang dengan sukacita mengajarkan pendidikan kepada muridnya. Kalau melihat pada jaman sekarang, murid murid terkesan ngalem dalam mencari ilmu. Bagaimana tidak ngalem karena meskipun salah, seorang murid tidak dibenarkan oleh untuk dihukum. Padahal kalau pada jaman dulu, pendidikan memang sengaja dibuat seperti kasar dan keras demi mengajarkan etika di dalam ruang kelas. Ketika dulu kita tidak mengerjakan PR, pastinya cubitan bahkan gamparan pasti akan saya terima ketika kita SD. Bahkan hanya karena terlambat datang ke sekolah saya sudah pasti akan mendapatkan hukuman. Semua itu pada waktu dulu saya anggap sebagai suatu yang wajar karena menurut saya hal itu merupakan latihan untuk bertanggungjawab dan disiplin dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita.

Sebagian hal di atas menurut saya adalah beberapa fakta kemunduran moral yang ada pada murid murid jaman sekarang. Padahal adanya etika, budi pekerti dan perilaku pada seorang murid merupakan bekal yang paling berharga bagi kita agar kita bisa menempatkan posisi kita didalam bergaul dengan siapapun.

Pada etika terdapat nilai nilai kesopanan yang mungkin selama ini sering kita abaikan. Bahkan dalam etika terdapat suatu nilai kepantasan yang merupakan pondasi bagi kita untuk belajar menghargai sesama dan juga orang orang yang telah memberikan ilmu bagi kita.

Meskipun pada jaman yang modern ini membuat profesi guru menjadi profesi yang berharga (baca:bergaji tinggi) tetapi saya ingin menambahkan bahwa itu adalah sebuah keuntungan buat guru dan pengajar untuk meningkatkan taraf mereka. Namun saya harapkan profesi seorang guru tetap menjadi profesi yang mulia, yaitu sebuah profesi yang tidak melupakan mengajarkan nilai nilai kehidupan yang diperlukan oleh seorang murid dalam kehidupan di hari esok.

Tulisan ini saya dedikasikan buat semua guru saya yang telah memberikan saya ilmu dan juga mengajarkan etika untuk bekal saya di saat ini dan waktu yang akan datang.

Terima kasih bapak dan ibu guruku di :
1. RA Al-Hidayah Pagotan Keplaksari Peterongan Jombang Tahun 1994-1996
2. MI Darussalam Semanding Sumbermulyo Jogoroto Jombang Tahun 1996-2002
3. SMP Negeri 3 Jombang Tahun 2002-2005
4. SMA Negeri 3 Jombang Tahun 2005-2008

Semoga ilmu yang engkau berikan akan menjadi manfaat di kehidupan saya.


Teaching kids to count is fine, but teaching them what counts is the best

Mengajarkan murid untuk bisa menghitung itu bagus
Tapi yang lebih baik adalah dengan mengajarkan sesuatu yang tidak bisa dihitung
(etika, moral, kepribadian, dll)




Artikel Catatan si Boll Lainnya :

31 komentar:

  1. Saya juga mengamati seperti itu. Sepertinya karena sekarang, anak2 terlalu dibiarkan untuk menyatakan pendapat tanpa boleh dihukum sama sekali. Guru pun tak bisa menemukan alternatif lain menghukum anak2 bandel sekarang (selain gamparan dan cubitan yang sangat terlarang itu). Padahal mau tidak mau anak2 harus dihukum kalo salah, harus ditegur keras kalo tidak sopan meneriaki gurunya.

    Sy mungkin masih agak feodal dlm mendidik anak. Kadang2 masih saya cubit kalo sudah keterlaluan nakalnya. Tapi hati saya pedih juga setelahnya. Tapi niat saya supaya mereka tahu ada yang benar2 tak boleh dilakukan. Bahwa saya bersungguh2 menerapkan aturan.

    Kalo melanggar aturan, saya tak segan memotong uang jajan atau malah tak memberi uang jajan sama sekali. Biar mereka kapok. Kalo tak shalat, sama anak yang sulung (11 tahun), saya bilang akan memukulnya kalau ketahuan tak shalat. Kan dalam Islam, anak harus dipukul kalo tak shalat di usia 10 tahun?

    Sy malah bilang: kalo bisa saya pingin potong telinganya biar kelak ada bukti sama Allah kalo saya memang menyuruh dia untuk shalat. Tentu saja saya tak tega kalo yang ini hehehe, buat ngancam saja ...

    Yah begitulah .... sepertinya bapak dan ibu guru sekarang harus kreatif mencari bentuk hukuman karena kesalahan harus diberi sangsi, bukan dibiarkan. Anak2 SD itu lebih takut sama guru ketimbang sama ortunya lho. Jadi seharusnya guru bisa membantu perkembangan moral anak2 ini ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga hal ini bisa menjadi sebuah pencerahan bagi kita semua mbak mugniar

      kemarin saya juga ada bahasan bahwa kalo memang orang tua niat menitipkan murid di sekolah untuk dididik, jadi orang tua harus selalu siap dengan apa saja yg dilakukan seorang guru seperti menjewer atau mencubit.

      Delete
  2. Perkembangan jaman sekarang tidak diimbangi dengan pelajaran moral yang mumpuni, efek yang paling nyata adalah Media, contohnya TV, banyak sekali tayangan2 yang tidak mendidik sehingga ditiru oleh anak2, dan bagi para pengajar, contoh nyata pada siswa bisa memberikan efek yang luara biasa dari pada siswa hanya diberi sebuah LKS dan Materi,

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang begitu mas sofyan, adanya media televisi sekarang juga kebanyakan kurang mendidik

      meskipun yang ditampilkan terkadang tentang keteladanan seorang anak, tetapi kadang juga kurang pas, seperti peran antagonis yang rambutnya disemir, pake seragam nggak rapi, dll

      Delete
  3. dan kunci utama pendidikan sebenarnya ada dirumah dengan guru utamanya adalah kedua orangtua

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas sugiantoro, sebenarnya guru yang utama adalah kedua orang tua

      terima kasih udah mampir di blog saya mas...

      Delete
  4. bener banget sob
    perubahan jaman juga banyak merubah sikap anak anak sekarang. perasaan dulu kalo ketemu guru hormatnya minta ampun. anak sekarang bisa cuek maian hape. apalagi kalo anak sma, ketemu guru di warung malah minta rokok...

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya di daerah mas rawins juga gitu ya...

      susah juga mas kalo mau membuat anak supaya hormat ke bapk ibu guru, apalagi anak anak STM

      Delete
  5. Jadi merenung... Apakah anak-anak jaman sekarang boleh dibilang semakin tidak tahu adat/sopan santun ya...? *miris

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya memang begitu kaka akin, jadi intinya bila menjadi orang tua harus lebih memperhatikan tingkah laku dan budi pekerti seorang anak

      Delete
  6. Waktu saya SR dulu ada pelajaran Budi Pekerti.Pada raport juga ada poin penilaian tentang budi pekerti, selain absen, sakit dan alpa.

    Murid selayaknya menghormati dan menghargai para guru karena baik karena faktor usia maupun jasa mereka yang tiada tara.

    Artikel panjenengan sudah terbit di tamanblogger.com mas. Matur nuwun sumbangannya.

    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga apa yang diajarkan dari dulu tentang budi pekerti bisa diajarkan lagi pada jaman sekarang pak dhe

      matur nuwun pakdhe udah di postkan...
      nanti saya akan buat beberapa lagi pak dhe...

      Delete
  7. Jaman SD saya yg lulus tahun 1990, pasti ngucapin salam kalau ada bapak/ibu guru yg lewat atau berpapasan, ada sedikit rasa sungkan jika ketemu di luar jam sekolah atau ketika bermain. Kalau datang ke sekolah saya sering menuntun motornya ke tempat parkir, dasarnya saya agak "bandel", motornya pak guru ga saya tuntun, tapi saya naiki dengan didorong teman-2 (tanpa menghidupkan mesin), makanya saya sejak SD sudah bisa naik motor. Pak guru sy kayaknya ga marah, cuma senyum2 saja :)

    Salam!

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, pasti pada jaman itu, sepeda bapak ibu guru masih yamaha tahun 75 atau kalau nggak masih pake honda astrea yang irit banget :D

      salam kenal buat mas jun :D

      Delete
  8. guru vs murid benar-benar guru juga orang tua +

    ReplyDelete
    Replies
    1. jangan guru vs murid dong mbak

      kasihan gurunya kalo muridnya anak STM / SMK permesinan :D

      Delete
  9. Saleum,
    Seperti yang sering aku hadapi tatkala masuk ke kelas V, bahwa ada beberapa murid yang masih kurang menghargai penjelasan dari saya sbg guru dikelas tersebut, mereka acuh tak acuh dan sering ngobrol berbisik bisik dgn teman sebangkunya. Dan Akhirnya saya menasehatinya agar belajar untuk menghargai guru yang sedang menerangkan. Hal itu sama dgn guru2 saya dulu, dgn sabar mereka memberi penjelasan tentang arti saling menghargai itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini juga bisa jadi salah satu alternatif, yaitu dengan memberikan penegasan secara halus

      jadi dalam hal ini, seorang guru harus mengenal setiap muridnya secara personal :D

      terima kasih kunjungannya om dee :D

      Delete
  10. lain dulu lain sekarang ya, masing2 zaman memang punya kebiasaan sendiri2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga kebiasaan yang sekarang bisa lebih baik dari yang dulu dulu mama zidane :D

      Delete
  11. Wah ada kesamaan kita rupanya. Sama sama ngontrak atau tinggal di rumah kontrakan hehehehe. Ada teman juga saya akhirnya. Saya salut dengan mas yang masih ingat dengan "almamater" waktu sekolah dulu dan sampai sekarang. Sungguh terpuji.

    Mendidik anak anak tidak sama dengan mengajar mereka. Mendidik anak anak didik dengan etika ketimuran bukan hal yang mudah. Pengaruh media dan internet sangat besar pengaruhnya. Pola pemerolehan sikap mereka kadang kurang sopan kepada guru juga konon dipengaruhi oleh media TV. Perlu "role model" yang bisa memberikan contoh nyata dan hidup tentang Etika

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Kang Asep, sebisa mungkin saya tidak akan melupakan guru guru saya yang notabene bisa mengajari saya hingga saya jadi seperti sekarang

      Mungkin adanya role model dalam pendidikan itu bisa diteliti juga oleh para mahasiswa mahasiswi di bidang pendidikan, mungkin anak anak jurusan manajemen pendidikan bisa meneliti hal tersebut, mana model yg cocok untuk setiap murid terutama di tingkat dasar

      Delete
  12. ^Saya harapkan profesi seorang guru tetap menjadi profesi yang mulia, yaitu sebuah profesi yang tidak melupakan mengajarkan nilai nilai kehidupan yang diperlukan oleh seorang murid dalam kehidupan di hari esok^ <-- SETUJU bangettt ^_^
    Alhamdulilah, jika terus diberikan kesempatan sama Allah, beberapa tahun kedepan Guru adalah Profesi tetap gia nih. Ammiinnn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aminnnnnn...........

      semoga mbak Gia bisa menjadi Guru yang mulia dan bisa mengantarkan murid muridnya berbudi pekerti luhur dan berprestasi tinggi

      Delete
  13. oalah wong jombang tho... tetangganya PakDhe dong? Saya dulu nyempet kuliah di STKIP PGRI Jombang:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya benar bunda Nunu, saya tetangganya Pak dhe, tapi masih lumayan jauh

      ternyata STKIP PGRI Jombang terkenal juga ya, hehehe

      Delete
  14. ada satu sekolah di makassar, guru-gurunya sangat disiplin dan sangat menjaga sopan santun saat proses ajar mengajar berlangsung, dan ternyata hal itu memberikan efek positif terhadap murid-muridnya yang ternyata bisa bersopan santun terhadap gurunya , bahkan terhadap semua orang yang ditemui...jadi tindakan seorang murid sangat tergantung bagaimana sikap seorang guru...itu pendapat saya pribadi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini juga merupakan bukti bahwa faktor ketegasan (bukan kekerasan) merupakan alternatif dalam pendidikan moral dan sopan santun anak

      hanya saja, seorang guru juga harus memberikan contoh yang baik pula

      terima kasih pencontohannya mas harianto

      Delete
  15. anak2 jaman skrg emang gak bs di kerasin kyk jaman kita dulu, pasti mereka melawan.. tp bukan berarti gak bs di didik sebetulnya.. Sy cukup seuju dg pandapat mas Haruyanto di atas (BlogS of Hariyanto) kalo seorang murid tergantung dr sikap seorang guru..

    Di sklh anak2 sy, setiap masuk sklh selalu ada guru yg nyambut di gerbang.. Untuk menyapa "assalamu alaikum..". Nanti murid2 berbaris menjawab salam tersebut & mencium tangan bapak/ibu gurunya.. Pokoknya sopan-santun masih di ajarkan. Di dalam raport juga ada penilaiannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya ikut senang bunda, ternyata putra putri bunda disekolahkan pada sekolah yang tepat

      mungkin hal ini bisa dibuat bahan pertimbangan bila para orang tua kesulitan untuk memilihkan sekolah yang bagus (dalam arti pendidikan moral) untuk putara putri Anda

      Delete

Silahkan menuliskan komentar Anda tentang postingan di atas
Semoga tulisan di atas bermanfaat bagi Anda ^^

Note :
1. Komentar dengan Link Hidup akan di delete.
2. Komentar saya moderasi untuk menghindari komentar yang tidak pantas

Scroll to top