Siswa SD dan SMP Mengendarai Sepeda Motor

Dulu saat saya MI, antara tahun 1996-2002, tidak ada satupun siswa yang berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Lha kok siswa, bapak dan ibu guru saja masih banyak yang jalan kaki atau menggunakan sepeda pancal. Kalaupun ada yang membawa motor, pasti yang membawa hanya kepala sekolah yang kebetulan rumahnya memang jauh dari sekolah saya yang cukup udik.

Sekolah MI saya memang tidak terlalu bagus dan tidak terlalu kota. Namun saya bangga pernah bersekolah di sana, di Madrasah Ibtidaiyah Semanding Sumbermulyo Jogoroto Jombang. Sekolah yang sederhana, selalu menanamkan budi pekerti kepada siswanya, dan tentu saja memberikan pendidikan moral dan agama yang lebih karena masih berbau pondok pesantren.

Setelah lulus dari MI, saya mendaftar di salah satu SMP negeri melalui jalur tes tulis. Dan Alhamdulillah saya lolos dan bisa menjadi salah satu siswa di SMP Negeri 3 Jombang, SMP yang mewah alias “mepet sawah”.

Ketika saya SMP, tak satupun siswa yang berani membawa motor ke sekolah. Kalaupun ada, biasanya hanya 1 atau 2 teman saya saja yang membawa motor, itupun tidak sampai dibawa ke sekolah. Motor tersebut biasanya dititipkan di penitipan sepeda yang jaraknya sekitar 300 m dari sekolah saya. Atau kadang kadang dititipkan di rumah teman yang kebetulan jaraknya dekat dengan sekolah.

Saat itu, saya merasa peraturan di sekolah memanglah sangat ketat. Jangankan sepeda motor, membawa handphone ke sekolah saja urusannya jadi panjang dan bisa bisa kena sita da yang mengambil harus orang tua. Jadi bila ada nekat membawa sepeda motor, saya yakin hukuman yang didapat pasti lebih gede.

Siswa SD dan SMP Mengendarai Sepeda Motor
Apabila dibandingkan dengan saat sekarang, saya rasa beberapa sekolah sekarang memberikan peraturan yang sedikit longgar mengenai penggunaan sepeda motor untuk siswanya. Kalau tingkat SMA saya pikir masih wajar, tapi kalau tingkat SD dan SMP saya rasa itu sudah mulai aneh. Karena untuk mendapatkan SIM saja harus berusia 17 tahun, jadi dapat disimpulkan bahwa anak SD dan SMP pastinya belum meiliki SIM.

Saya pernah mendengar dari teman kerja saya. Adeknya yang masih kelas 6 SD berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor. Byuh, saya langsung kaget, kok boleh ya menggunakan sepeda motor ke sekolah, apa orang tuanya nggak melarang. Katanya sih orang tuanya sibuk jadi nggak bisa nganter, katanya sih adeknya sudah bisa naik motor, jadi ya dibelikan motor oleh bapak ibunya untuk berangkat ke sekolah. Mendengar itu saya kembali bertanya tanya, “itu orang tuanya nekat banget ya, malah ngebolehin anaknya naik motor sendiri”.

Hal yang sedikit berbeda malah ditunjukkan oleh salah satu sekolah SMP di Jember yang terang terangan memperbolehkan siswa siswinya untuk membawa sepeda motor ke sekolah, diutamakan untuk yang rumahnya jauh dari sekolah. Menurut saya hal ini adalah hal yang cukup edan, kok bisa bisanya sekolah SMP memperbolehkan siswanya bawa motor ke sekolah. Padahal udah jelas siswa SMP belum punya SIM. Dan faktanya, sampai sekarang di sekolah tersebut malah makin banyak yang membawa sepeda motor ke sekolah.

Saya disini tidak akan member komentar yang panjang lebar mengenai fenomena tersebut. Saya pikir sebagai manusia memang merupakan tempatnya lalai dan lupa. Tapi kalau lupa dan lalainya seperti itu, itu namanya sudah penyakit stadium 4 dan kritis, jadi perlu untuk diobati secara frontal dan trengginas agar masalah tersebut bisa tuntas.

Semoga di antara para pembaca sekalian tidak membiarkan putra putrinya, saudaranya, keponakannya untuk nekat membawa sepeda motor ke sekolah dengan alasan apapun. Karena jalan raya bisa menjadi salah satu pembunuh bagi penggunanya, apalagi bagi anak SD dan SMP yang masih labil serta kurang bisa mengendalikan motor dengan baik serta kurang bisa menghormati pengguna jalan yang lain.

Artikel saya ini saya terbitkan karena kepedihan saya melihat semakin bebasnya anak SD dan SMP mengendarai sepeda motor di lingkungan desa saya tanpa mengetahui aturan dan norma norma yang berlaku di masyarakat.


Artikel Catatan si Boll Lainnya :

4 komentar:

  1. Aku jangankan motor, om. Dikasih sepeda saja setelah masuk smp karena memang sekolahnya jauh. Tiap hari ngonthel 20 kilo, berarti 40 kilo pp. Sedih bener kalo musim hujan...

    ReplyDelete
  2. Wah wah bener kata mas Johan Budi itu. Eh salah maksud saya mas Rawins. Kalau sudah musim hujan tambah repot semuanya. Untuk urusan anak anak SMP pada maen motor di komplek saya banyak bangeds. Mereka pada umumnya dipinjami motor orang tuanya untuk "test drive" dalam komplek saja. Cuma yai itu tadi baru belajar nyetir motor belokannya tajam tajam, dan suka nyerempet

    ReplyDelete
  3. MEmang menyedihkan ... sayang sekali kalau ada orang2 yang membiarkan anak2 mereka BELAJAR UNTUK MELANGGAR PERATURAN. Sekali berhasil melanggar, bisa berarti mereka akan mencoba melanggar yang lain. Padahal akibat dari pelanggaran ini fatal sekali. Lha AQJ saja sebenarnya kan tanpa sepengetahuan ayahnya mengendarai mobil? AQJ selalu disediakan sopir cuma karena akal2annya saja kemudian sopirnya libur. Bagaimana dengan mereka yang orangtuanya terang2an membiarkan anaknaya membawa sepeda motor dengan alasan sibuk? Hhhh

    Contoh kecil saja ... sulung saya yang belum cukup umur belum saya kasih untuk buka akun facebook (aturannya 13 tahun). Sejak usia 10 tahun dia memintanya. Sekarang usianya 12 tahun dan dia belum bosan meminta. Saya dan papanya juga belum bosan tidak membolehkannya. Kenapa? Karena kami berusaha untuk menerapkan pelajaran agar dia TIDAK MELANGGAR ATURAN. Aturannya mudah sekali dilanggar, data umur bisa diakal2i. Tapi kalau kami mengajar anak untuk mengakal2i, besok2 dia akan mencoba mengakal2i hal lain meski melanggar aturan.

    Apa boleh buat, tugas orangtua memang tidak mudah ... satu lagi yang kita biasa lupa dengan membiarkan pelanggaran: kalau manusia mungkin bisa diakal2i, sampai tak melihat pelanggaran kita. Tapi Allah kan tidak?
    Maaf komennya panjang ...

    ReplyDelete

Silahkan menuliskan komentar Anda tentang postingan di atas
Semoga tulisan di atas bermanfaat bagi Anda ^^

Note :
1. Komentar dengan Link Hidup akan di delete.
2. Komentar saya moderasi untuk menghindari komentar yang tidak pantas

Scroll to top