Masuk Neraka Siapa Takut # Kebohongan Anak Kecil


Hemm, sebenarnya saya sangat bingung sekali ketika saya ingin mengikuti giveaway pak Hariyanto, namun karena yang dipersyaratkan minimal 1000 kata, saya jadi linglung, mau nulis apa saja nih. Apalagi yang diceritakan adalah kisah nyata yang memiliki unsur negatiif, dalam artian mengenai kisah masa lalu yang tidak sesuai dengan syariat agama serta nilai nilai dalam kehidupan bermasyarakat.

Setelah saya mengingat ingat dan juga mengulang kembalimemori masa lalu. Saya teringat akan suatu kisah masa kecil saya yang notabene adalah sebuah kebohongan saya kepada orang tua saya mengenaiapa yang terjadi. Kebohongan itu adalah sebuah kebohongan anak kecil, yang masih kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah yang karena ketakutan akhirnya berbohong kepada orang tuanya.

Bagi yang ingin tahu kisahnya, silahkan mengikuti kisahnya berikut ini :

Saya adalah seorang anak kecil yang bersekolah di sebuah Madrasah Ibtidaiyah. Tepatnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Dusun Semanding Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Pada saat saya kelas Tiga MI, saya memiliki sebuah sepeda BMX yang baru, BMX warna putih yang merupakan hasil dari celengan saya dan juga ditambah dengan uang dari orang tua.

Waktu itu, setiap sore saya diharuskan orang tua saya ntuk mengaji di salah satu pondok di Jombang. Pondok tersebut memiliki alamat di Desa Jagalan Kecamatan Jombang. Dan pondok tersebut diasuh oleh Kyai Haji Solikhin.

Setiap jam setengah tiga, saya bersiap siap untuk berangkat mengaji. Kebetulan waktu itu saya mengaji bersama tiga sepupu saya, yakni Mas Bukin, Mas Lukman, dan juga Mas Tole. Setiap hari kami berangkat bersama untuk mengaji, dan setelah mengaji kami pulang bersama sama.

Di suatu saat ketika berangkat mengaji, kami sampai di tempat mengaji dengan kondisi Kyai Solikhin tidak ada di tempat dan berhalangan untuk mengajar kami semua. Dan setelah itu seluruh murid diperbolehkan pulang. Karena waktu itu masih jam 3 sore, kami berempat kemudian memanfaatkan waktu itu untuk jalan jalan keliling kota Jombang dengan bersepeda pancal. Dan kemudian kami terhenti di suatu tempat, yakni di ruko Simpang Tiga di Jombang.

Di ruko itu, kami berhenti dan kemudian masuk di sebuah tempat yang dinamakan rental PS (play station). Saya lupa namanya rental apa, yang jelas lokasinya saat itu ada di ruko Simpang Tiga Jombang.

Sebagai seorang anak anak, saya memang belum seberapa mahir dengan yang namanya Play Station. Karena saat itu saya memang jarang main Play Station karena tidak diperbolehkan oleh orang tua. Terlebh lagi saat itu sangu saya sehari sama dengan bermain Play Station 1 jam. Jadi kalau memang ingin main, harus nggak jajan seharian, atau harus patungan dengan temen untuk main selama 1 jam saja.

Nah, di tempat itulah terjadi kejadian yang tidak kami inginkan. Pada waktu itu, sepeda BMX saya hilang. Saya juga sempat heran, kenapa justru sepeda BMX saya yang hilang. Padahal waktu itu banyak juga sepeda federal lain yang lebih bagus di tempat rental PS tersebut.

Pada waktu itu saya sangat bingung sekali. Selain takut dimarahi oleh orang tua karena sepeda saya hilang. Saya juga takut dimarahi karena sepeda saya hilang di tempat rental PS yang notabene orang tua saya sangat tidak memperbolehkan anaknya untuk bermain PS. Apalagi ketika itu seharusnya kami mengaji di pondok, dan ketika saya menjelaskan dengan alasan apapun, saya yakin orang tua saya justru akan lebih marah lagi.

Oleh karena itu, akhirnya kami berempat memikirkan bagaimana caranya agar orang tua saya tidak marah. Dan setelah berpikir beberapa menit, muncul sebuah ide gila yang tidak terpikirkan sama sekali di pikiran saya, yakni “saya harus berbohong”.

Dengan perasaan yang takut, akhirnya saya kembali ke rumah. Waktu itu saya pulang dengan keadaan menangis dngan tujuan agar tidak dimarahi oleh orang tua saya. Ketika sampai rumah, orang tua saya sedang bekerja membuat tempe di rumah. Pada waktu saya tiba di rumah, mereka sangat kaget ketika saya pulang dengan kondisi menangis.

Bapak dan ibu saya berpikir apakah saya jatuh di jalan atau kenapa. Dan kemudiandi sela sela pertanyaan itu, saya bilang ke ibu saya kalau sepeda saya hilang. Saat itu orang tua saya langsung menginterogasi saya, sepedanya hilang dimana, pas kapan, dan bagaimana kejadiannya.

Karena saya takut dimarahi dengan mengataan sepedanya hilang di rental PS, saya kemudian berbohong kepada orang tua saya dengan mengatakan bahwa sepedanya hilang di depan warung soto ketika kami makan karena lapar saat pulang. Dan seketika itu pula saya mau diajak menuju tempat warung soto itu. Dan saat itu saya menolak dan saya ingin di rumah saja, karena saya takut ketahuan kalau saya berbohong kepada orang tua saya.

Semenjak saat itu, saya menjadi seorang anak yang takut meminta sesuatu dari orang tua saya. Bahkan untuk uang jajan, kalau saya tidak diberi orang tua, saya juga tidak akan meminta. Dalam hal bermain pun juga demikian, saya menjadi seorang anak rumahan yang jarang bermain keluar rumah karena masih takut dengan kebohongan itu.

Hingga pada suatu saat, kurang lebih sekitar dua bulan dari kejadian hilangnya sepeda saya. Ibu saya mulai curiga dengan apa yang terjadi kepada saya. Hingga pada suatu malam dan bapak tidak ada di rumah. Ibu menanyakan kepada saya tentang apa yang terjadi. Pada waktu itu saya memberanikan diri untuk bercerita pada ibu saya tentang peristiwa hilangnya sepeda itu. Dan ibu saya ternyata tidak marah, malah kemudian ibu saya mengingatkan agar lain kali tidak berbohong lagi kepada orang tua. Apapun yang terjadi, lebih baik jujur, apalagi ketika saya sendiri yang salah. Ketika tidak jujur, pasti akan membuat pikiran menjadi cemas dan bingung karena masih terngiang ngiang dengan kebohongan tersebut.

Semenjak saat itu, saya sudah kembali menjalani masa kecil saya secara normal. Saya mulai bernai meminta uang jajan lagi kepada orang tua saya. Bahkan tidak tanggung tanggung, saya bahkan meminta sepeda baru lagi kepada orang tua saya. Karena kalau tidak punya sepeda saya harus nebeng temen untuk berangat ke sekolah dan mengaji yangjaraknya lumayan jauh. Dan kemudian saya mendapatkan kembali sepeda dar bapak saya, meskipun tidak sebagus yang sebelumnya, saya tetap bersyukur, karena yang penting saya punya sepeda baru meskipun sebenarnya sepeda yang dibeli adalah sepeda bekas yang dijual di pasar barang bekas, hehe.

Begitulah sedikit kisah msa kecil saya yang telah berbohong kepada orang tua saya karena kenakalan saya yang bermain PS dan tidak mengaji. Hikmah yang saya ambil dari peristiwa tersebut adalah sebuah kebohongan akan selalu terus terngiang ngiang di dalam pikiran kita. Meskipun orang yang kita bohongi sudah melupakan kebohongan yang kita ucapkan. Tapi hati kecil kita pasti akan takut dan cemas karena kebohongan yang sudah kita lakukan. Jadi barang siapa yang suka berbohong adalah orang yang memiliki motto “Masuk Neraka Siapa Takut!?”

Sekian artikel saya mengenai Kebohongan Anak Kecil. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Artikel Catatan si Boll Lainnya :

2 komentar:

  1. Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
    artikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta...
    mohon dicek kembali namanya di daftar peserta yang ada, kalau belum muncul harap beritahukan admin segera.
    salam santun dari Makassar :-)

    ReplyDelete

Silahkan menuliskan komentar Anda tentang postingan di atas
Semoga tulisan di atas bermanfaat bagi Anda ^^

Note :
1. Komentar dengan Link Hidup akan di delete.
2. Komentar saya moderasi untuk menghindari komentar yang tidak pantas

Scroll to top